Lumajang, Memo
Dalam rangka
menyambut tahun baru 2013, Siswa –siswi SMPN 2 Lumajang mengadakan acara Piknik
ke Bali. Untuk memberangkatkan sejumlah siswa-siswi tersebut, setiap murid
dikenakan biaya perjalanan sebesar Rp. 450 ribu. Ironisnya, begitu jadwal
pemberangkatan telah tiba, ternyata bus Pariwisata yang di calter tersebut
tidak datang. Akibatnya, picknik tersebut gagal dan uang siswa tidak dikembalikan.
Gedung SMPN 2 Lumajang |
SMPN 2 Lumajang,
yang beralamat di Jalan Ahmad Yani (Gombleh), mencoreng nama baik dunia
pendidikan yang ada. Pasalnya, dalam menyambut tahun baru 2013 kemarin. Seluruh
siswa-siswi kelas 3 diwajibkan untuk ikut rekreasi ke Bali.
Sumber Memo mengatakan,
untuk
memberangkat sejumlah murid kelas 3 SMP tersebut, panitia dari pihak sekolah
membebankan kepada siswa-siswinya untuk membayar uang transportasi sebesar Rp.
450 ribu setiap muridnya. Bahkan bagi murid yang tidak ikutpun diwajibkan untuk
membayar. Sehingga, rekreasi tersebut terkesan pemaksaan.
Pemberangkatan
rekreasi direncanakan pada tanggal 1 januari 2013 sekitar jam 11.00 Wib. sejak
pagi para siswa yang akan ikut rekreasi tersebut sudah mulai bersiap-siap di
halaman sekolah itu. Namun, sudah seharian mereka menunggu kedatangan bus yang
dipesan tersebut, ternyata tidak datang.
Hingga menjelang
pukul 23.00 wib, akhirnya siswa-siswi tersebut pulang kerumah masing-masing. Bahkan
sumber Memo dengan gamblang mengatakan, sebelumnya pihak panitia dari sekolah
tersebut sudah memesan 5 bus yang akan digunakan sebagai alat tranportasi ke
Bali.
Herannya lagi,
panitianya terlalu sembrono dan percaya begitu saja kepada biro perjalanan yang
tidak jelas kantornya. Pasalnya, panitia
terlalu percaya kepada calo biro perjalanan yang baru dikenalnya, dengan
membayar semua ongkos dari perjalanan tersebut.
Seharusnya,
untuk mengadakan rekreasi dengan biaya yang besar seperti ini. Terlebih dahulu
pihak panitia dari sekolah harus mengajak rapat atau musyawarah beberapa
perwakilan komite yang ada. Sehingga, segala resiko yang ada bisa diminimalisir
sekecil mungkin. “Disini jelas jika panitia tidak transparan,” terang sumber
tersebut.
Diduga, panitia
sengaja menyembunyikan semua rincian biaya maupun akomodasi dari perjalanan
itu. Diduga agar keuntungannya tidak diketahui oleh
pihak yang lain maupun komite. Tak salah memang, jika
masyarakat ada yang menuding jika sekolahan tersebut dijadikan bisnis
sampingan.
Salah satu wali
murid juga mengatakan, ia harus mencari pinjaman kesana kemari untuk membayar
rekreasi itu. Sebab menurut anaknya, meskipun tidak ikut rekreasi, siswa tetap
diwajibkan membayar penuh sesuai besaran uang
yang ditetapkan. “Saya sampai pinjam kepada koperasi harian Mas,” akunya.
Meski
acara rekreasi itu batal. Tidak satupun uang siswa yang dikembalikan, bahkan
panitia mengatakan jika hal ini adalah musibah bersama. Hingga sekarang,
permasalahan tersebut sudah menjadi buah bibir dari wali murid yang ada. Bahkan
dari beberpa awali murid juga mengancam, jika uangnya tidak dikembalikan akan
mengadukan permasalahan ini kepada dinas terkait.
Sementara itu,
ketika dua kali Memo mendatangi lembaga pendidikan tersebut untuk melakukan
konfirmasi kepada kepala sekolah. Yang bersangkutan sedang tidak ada di tempat.
Menurut beberapa guru yang ada di dalam ruangan itu, Kepala sekolah dan
wakilnya sedang rapat di kantor dinas. “Tadi pagi beliau berdua berangkat
rapat,” terang salah satu guru.
Namun, ketika ditanya siapa Humas dari SMP itu.
beberapa guru yang ada, tidak berani mengatakan. Bahkan mereka seolah saling
melempar untuk menjawab pertanyaan itu. Endang, Wakasek dari sekolah itu,
ketika dihubungi lewat telepon tidak pernah diangkat. Bahkan, ketika di SMS-pun
tidak membalas. Sehingga terkesan, jika permasalahan ini sengaja ditutup-tutupi
oleh pihak sekolah.(cw6)