Lumajang,
Memo
Mungkin bagi para wisatawan domestik
maupun yang ada di luar Kabupaten Lumajang, untuk saat ini harus menhan diri
untuk tidak melakukan pendakian ke Gunung Semeru. Ini menyusul munculnya badai
besar di kawasan Semeru.
Munculnya badai dan cuaca yang kurang bersahabat
ini, jelas membahayakan bagai para pendaki semeru. Untuk itu, TNBTS sejak
kemarin hingga 25 maret mendatang, menurut total pendakian Gunung Semeru.
Menurut Kepala Balai Besar Taman
Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), Dewi Ayu Utari mengatakan, kondisi
cuaca, hujan disertai kabut tebal di Kawasan Gunung Semeru. "Ini untuk
penutup sementara, sambil melihat kondisi cuaca," katanya.
Awalnya kata Dewi, TNBTS mendapat
laportan dari beberpa pendaki, jika kawasan Gunung Semeru di terjang badai.
Mendapat laporan tersebut, tim dari TNBTS akhirnya melakukan kroscek langsung
ke kawasan pendakian.
Ternyata apa yang dikatakan pendaki itu
benar. Bahkan, ketika tim berada di atas, Badai ternyata memang ada bahkan
semakin besar. “Akhirnya demi keselamatan, kita sementara menutup jalur
pendakian,” katanya lagi.
Kondisi cuaca dengan curah hujan tinggi
juga membawa pengaruh. Jika dalam hari-hari biasa, cuaca di Gunung Semeru
mencapai 15 derejat, justru yang terjadi saat ini, suhu di kawasan sememru
menurun hingga di bawah 10 derajat.
Kondisi jalan untuk pendakian juga cukup
licin, titambah dengan adanya kabut tebal. Sehingga selain berpengaruh pada
suhu, juga batas pandangan mata pendaki sangat terganggu. “Kalau kabut sekarang
cukup tebal,” katanya lagi.
Ternyata untuk kawasan TNBTS, hanya
Gunung sememru saja yang dianggap berbahaya untuk di lakukan pendakian.
Sementara untuk kawasan Bromo dan Tengger masih dianggap aman-aman saja.
Penentuan penutupan memang mengambil
batas hingga bulan maret. Dan di prediksi pada bulan tersebut Intensitas curah
hujan akan turun. Namun kata Dewi, jika dalam perjalanan waktu ternyata cuaca
bisa bersahabat, bukan tidak mungkin jalur pendakian akan kembali di buka.
Lebih pada posisi aman saja, memang harus di
tutup hingga Maret. Adanya badai bukan atas laporan dari BMKG, namun lebih pada
hasil kroscek langsung yang ia lakukan bersama sejumlah petugas TNBTS
lainnya.(ami)