Cinta Tak Direstuai, Tewas Loncat Jembatan


Lumajang, Memo
Cinta Tak Direstuai, Tewas Loncat Jembatan
Gara – gara hubungan asmaranya tidak direstui oleh kedua orang tuanya, lelaki ganteng ini nekat bunuh diri dengan cara melompat dari jembatan Sungai Sirti, Pronojiwo, yang kedalamannya sekitar 36 meteran, lelaki Ganteng ini bernama Agus Amin (21) asal Desa Kalibening, Kecamatan Pronojiwo. Jenazah korban ditemukan oleh salah satu warga setempat ketika pagi itu sedang mencari rumput.
Sumber Memo menjelaskan, malam itu korban sempat cek cok mulut dengan kedua orang tuanya, ini lantaran sering kali di ingatkan kalau kedua orang tuanya, tidak menyetujui hubungan cintanya dengan teman wanita yang telah menjadi pilihannya itu.
Beberapa kali sudah diingatkan untuk tidak berhubungan lagi dengan pacarnya, namun tetap saja korban tak mengindahkan teguran kedua orang tuanya. Bahkan korban sempat melawan ketika diberi nasehat dan motivasi terhadap orang tuanya. “Sepertinya kepeonakan saya ini sudah cinta mati dengan pacarnya itu” ujar Gatot paman korban.
Akar persoalannya kenapa cinta korban tak direstuai ialah, karena pacar korban itu tergolong adalah wanita cantik, muda dan berasal dari keluarga yang cukup kaya. Dikhawatirkan jika cinta itu diteruskan, ketika hendak melamar dan ditolak, maka akan membuat keluarga korban malu.
Merasa anaknya masih terus berhubungan dengan teman teman wanita pilihannya, malam itu kedua orang tuanya langsung mendudukkan korban bersama para kerabatnya, maksud dan tujuan hanya untuk menyadarkan hati korban, agar kedepan pihak keluarga  tidak menjadi malu dan menjadi pembicaraan orang banyak.
Namun ketika korban diberi nasehat malam  itu, ternyata korban tetap membantah bahkan sempat melawan kalau dirinya tidak direstui oleh Ortu saya akan nekat melakukan apa saja. “Usai ngomong seperti itu, keponakan saya kemudian beranjak dari kursi dan keluar rumah, entah pergi kemana.” Ujar Gatot lagi.
Melihat gelagat korban seperti ngambek dan marah, membuat sementara kedua orang tuanya bersama para kerabatnya memilih diam, mungkin saat itu masih belum tepat membicarkan hal ini, bahkan keluarga berencana akan membicarakan hal itu kembali pada lain hari sambil menunggu waktu yang tepat.
Ahirnya malam itu acara musyawarah keluarga bubar, dan kemudian para kerabat pulang kerumah masing – masing, sedang  kedua orang tua korban malam itu  bingung dicampur marah ketika melihat sikap anaknya seperti itu. Keluarga korban mengaku bukan tidak setuju dan tidak suka dengan pilihan anaknya,  tapi keluarga korban takut ditolak dan ditertawakan.
Menjelang tengah malam, korban juga tidak kunjung pulang, kedua orang tuanya menjadi bingung karena hal tersebut tidak seperti biasanya,  meskipun dimarahi seperti apapun oleh kedua orang tuanya, jika menjelang malam korban pasti pulang. “anak itu sejak kecil telah dididik orang tuanya untuk selalu tidur dirumahnya.” Kata Gator lagi.
Keesokan harinya, sekitar pukul 10.30 WIB, warga Desa Kalibening, dibuat geger ketika beredar kabar kalau korban ditemukan sudah tewas di dasar sungai Sirti , oleh Wagiman warga setempat.
Menurut wagiman, awalnya dari kejauhan ia melihat ada sesuatu yang mencurigakan seperti sesosok tubuh manusia terkapar di atas bebatuan. “Merasa penasaran saya terus dekati, betapa kagetnya  ternyata itu adalah manusia, seketika itu langsung saya laporkan Pak Kades.” Ujar wagiman.
Kabar ini membuat warga Desa Kalibening seketika berduyun – duyun ke lokasi penemuan mayat, dan dalam waktu sebentar saja, sungai dan jembatan Sirti sudah dipadatai oleh ratusan warga setempat, tak lama kemudian rombongan pihak Desa bersama polisi tiba dilokasi dan terus melakukan evakuasi terhadap korban.
Evakuasi terhadap korban bunuh diri cukup sulit, selain medan yang sangat berbahaya, juga harus hati – hati mengingat  jalan setapak yang dilalui sangat curam dan berbahaya, apalagi kedalamnya sekitar 36 meteran. Beberapa jam kemudian korban berhasil dievakkuasi.
Kemudian korban dibawa ke Puskesmas  Pronojiwo untuk dilakukan Visum dengan kesepakatan pihak keluarga, dimana kesepakatan tersebut diperkuat dengan terbitnya surat pernyataan bermaterai dari pihak keluarga  dan diketahui oleh pihak Desa, dari hasil visum Dokter Puskesmas Pronojiwo, bahwa korban meninggal sekitar 20 jam yang lalu, dengan  kondisi bagian belakang luka parah, kaki sebelah kanan patah , tangan robek  muka memar dan bagian tubuh memar.
Kapolsek Pronojiwo AKP. M. Subur Toyib, SH  ketika dikomfirmasi Memo  membenarkan  kejadian tersebut. “Sesuai keterangan saksi, kita menduga karena korban cintanya tidak direstuai oleh keluarganya, sehingga melompat ke sungai” kata M. Toyib.(cw7)