Lumajang, Memo
Kamis (5/7) ribuan ikan di Ranu Lemongan mati lemas dan
mengapung ke permukaan ranu (danau) sejak jam 02.00 dini hari kemarin. Pasalnya, lumpur halus yang ada di dasar ranu naik ke
permukaan yang menyebabkan ikan-ikan mati lemas karena kekurangan
oksigen. Air di ranu menjadi keruh dan berbau belerang.
Fenomena alam yang terjadi tiap tahun ini istilahnya adalah "Arus
Konversi Bawah Danau" yang oleh masyarakat lokal disebut dengan
"Koyo". Peristiwa ini disebabkan oleh pengaruh suhu udaya yang ada di
ranu.
Biasanya kalau pada siang harinya panas terik dan pada malam harinya dingin
menggigil, maka bisa dipastikan pada dini harinya akan terjadi
"koyo". Bagi masyarakat di sekitar ranu, peristiwa ini menjadi berkah tersediri.
Karena mereka dapat menangkap ikan dengan mudah menggunakan jala, jaring,
tombak, panah dan alat seadanya.
Namun bagi para petani ikan
di karamba peristiwa ini adalah bencana. Ikan yang mereka pelihara dengan susah
payah dan dengan biaya yang lumayan besar banyak yang lemas sehingga harus
segera dipanen dan dijual dengan harga sangat murah.
Pada hari biasa mereka bisa menjual ikan nila Rp. 18.000 /kg dan kalau bulan
Ramadhan bisa mencapai harga Rp. 20.000 /kg. Tapi pada kondisi seperti ini mereka banting harga menjadi Rp. 7000 - 10.000
/ kg tergantung besar kecilnya ikan.
Dari pada mati sia-sia lebih baik
dijual meski merugi. Akibat fenomena ini banyak dari pembudidaya ikan merugi
hingga jutaan rupiah.
Menurut A’ak Abdulah Al Kudus,
salah satu ketua Organisasi pecinta Alam “Laskar Hijau”. Fenomena "Koyo" kali ini memang tidak
terlalu parah, dibandingkan dengan tahun sebelumnya, terutama saat berbarengan dengan hujan abu dari
Gunung Bromo.
“Kali ini yang banyak
mati adalah jenis udang dan ikan-ikan kecil. Sementara masih ada ikan di
karamba yang mampu bertahan dengan perubahan air ranu tersebut.” Ungkapnya pada Wartawan.
Menurutnya, kalau sudah seperti ini, para pembudidaya ikan tersebut berharap
hari ini turun hujan. Karena hanya hujanlah yang bisa menetralkan lagi air ranu
yang tercemar tersebut.
“Ranu Lemongan adalah
sentra ikan air tawar terbesar di Kabupaten Lumajang. Keberadaannya memiliki
arti penting bagi pemenuhan kebutuhan ikan air tawar, bagi masyarakat di Lumajang.” Katanya lagi.
Dengan peristiwa yang terjadi hari ini maka bisa dipastikan pada bulan Ramadhan yang akan datang, masyarakat di Lumajang akan
kekurangan supply ikan air tawar yang biasanya pada bulan tersebut tingkat
kebutuhan masyarakat meningkat.
Misto salah satu peternak ikan
mengaku harus memanen cepat ikan-ikannya, dan pasti ini akan berakhir dengan
kerugian. “Yang jelas kita rugi, Mas. Tapi daripada tidak panen sama sekali”
ungkapnya pada Wartawan.(ami)