Lumajang, Memo
Ratusan massa
dari Desa Wotgalih, Kecamatan Yosowilangun, Kamis (10/5) pagi mendatangi Hall Amanda di Jalan Panjaitan 81 Lumajang. Kedatangan
ratusan massa ini untuk menolak sosialisasi Study
Amdal yang diselenggarakan oleh PT.IMMS.
Dalam aksinya,
warga yang tergabung dalam Forum silaturahmi warga Wotgalih (Foswot) menuntut
agar PT IMMS dan perusahaan lainnya menghentikan rencana penambangan pasir besi
di Worgalih berikut tahapan-tahapannya.
Diketahui, pagi
kemarin PT IMMS melakukan sosialisasi AMDAL di
Hall Amanda. Dalam sosialisasi tersebut ada dua desa
yang dilibatkan, yaitu Desa Wotgalih, Kecamatan Yosowilangun dan Desa Jatimulyo, Kecamatan Kunir.
Sayangnya,
rencana sosialisasi Amdal tersebut kemudian dihentikan oleh pihak kepolisian
karena petugas mendengar jika ada ratusan massa dari Desa Wotgalih, dengan
mengendarai bermacam kendaraan bergerak menuju ke Hall
Amanda untuk melakukan demo penolakan penambangan pasir besi.
Pagi itu,
Wakapolres Lumajang Kompol Gathut Irianto bersama Kabag Ops Kompol Anung Sasmonang terlihat bernegosiasi dengan Faqih, salah
satu konsultan ahli Amdal dari PT IMMS yang saat itu bertindak sebagai bagian
dari penyelenggara sosialisasi.
Dalam
pembicaraan pagi itu, sedikit ada kesalahpahaman antara Faqih dan Kabag Ops, ketika petugas menyarankan untuk menggagalkan rencana
sosialisasi pagi itu. Namun suasana kembali mencair
setelah ada seorang laki-laki yang mengaku sebagai pemilik tempat pertemuan
melarang sosialisasi tersebut dilakukan pagi
itu.
”Kalau yang punya tempat melarang acara ini
dilanjutkan, ya tentu kita tidak bisa berbuat apa-apa. Tak ada pilihan lain,
kami mengikuti saran dari pihak Kepolisian,” terang Faqih dengan nada kecewa.
Sementara itu, ratusan warga
Wotgalih datang dengan berbagai macam kendaraan langsung mengepung Hall Amanda. Puluhan aparat kepolisian yang telah disiagakan sejak pagi terlihat melakukan
pengamanan dengan menutup semua akses masuk ke dalam Hall Amanda.
“Kami datang untuk menolak penambangan pasir besi. Penolakan
penambangan pasir besi di wilayah kami adalah harga mati,” teriak salah satu
orator wanita .
Selain melakukan orasi, warga juga
membawa poster dari kertas sebagai bentuk penolakan
tambang pasir besi di Wotgalih. Kemarahan
warga karena usai PT.Antam enggan menambang, sekarang ada PT.IMMS yang hendak melakukan penambangan. “Ini namanya Pemerintah
menjajah rakyat kecil,” teriak warga.
Aksi ratusan
massa ini menyebabkan lalu lintas Lumajang – Jember lumpuh total. Pasalnya, selain melakukan orasi, pagi itu warga juga melakukan
istighosah di tengah jalan. Sementara, pihak
Satlantas Polres Lumajang mengalihkan kendaraan ke Jalur
Lintas Timur (JLT) bagi yang hendak menuju kawasan Jember Selatan. Aparat
kepolisian melakukan penjagaan bersama TNI.
“Jalur lalu
lintas kami alihkan,” kata Kepala Dalmas Polres Lumajang, AKP Edi Santoso.
Ketika, warga berdemo sejumlah perwakilan warga Wotgalih masuk ke ruang pertemuan. Sedangkan warga lainya melakukan doa bersama di jalan Panjaitan depan Hall Amanda
Ketika, warga berdemo sejumlah perwakilan warga Wotgalih masuk ke ruang pertemuan. Sedangkan warga lainya melakukan doa bersama di jalan Panjaitan depan Hall Amanda
Pertemuan perwakilan warga Desa Wotgalih Kecamatan
Yosowilanggun dengan PT. IMMS dalam sosialisasi dan konsultasi publik
"Study Amdal" pasir besi di Hall Amada berlangsung panas dan tegang.
Pasalnya, warga meminta PT. IMMS tidak melakukan
pentahapan pertambangan.
"Ijinkan
kami ngomong dulu," kata Faqih salah satu konsultan Amdal PT. IMMS,
Warga yang tidak ingin mendapat penjelasan PT. IMMS, hanya berteriak menolak pertambangan pasir besi. " Kami tidak butuh penjelasan, yang kami minta agar IMMS tidak memaksakan diri melakukan penambangan,” ungkp salah satu perwakilan warga.
Warga yang tidak ingin mendapat penjelasan PT. IMMS, hanya berteriak menolak pertambangan pasir besi. " Kami tidak butuh penjelasan, yang kami minta agar IMMS tidak memaksakan diri melakukan penambangan,” ungkp salah satu perwakilan warga.
Sementara aparat kepolisian terus melakukan
pengamanan baik diruang pertemuan Hall Amanda dan luar gedung.
Sebab dikhawatirkan ada tindakan
yang bisa menyulut bentrokan. Ketika warga
wotgalih meminta siapa saja orang wotgalih yang diundang dalam kegiatan
sosialisasi pada PT. IMMS. Terjadi keributan kecil, karena IMMS menolak
memberitahukan. "Siapa saja diundang, silakan baca,"
teriak warga.
Ketika ada suara keributan di ruang pertemuan,
warga yang berada diluar mencoba masuk langsung dihadang. "Ada apa
didalam, jangan sampai saudara kami didalam terjadi apa-apa," ujar warga Wotgalih diluar hal amada Lumajang.
Beberapa warga akhirnya memaksa masuk kedalam Hall
untuk mengetahui apa sebenarnya yang terjadi, bahkan sejumlah massa yang ada di
luaran gedung sedikit tersulut emosinya. Mereka memaksa untuk masuk untuk
melihat apa sebenarnya yang terjadi.
Untungnya, sejumlah perwakilan warga yang ada di dalam
gedung akhirnya keluar untuk menenangkan massa. “Sudah-sudah, tidak terjadi
apa-apa, semuanya aman,” ungkap salah satu warga saat menenangkan massa pagi
itu.
Dalam pertemuan siang itu, perwakilan warga meminta
agar PT. IMMS melalui Vita Alfiana direktur-nya untuk membuat pernyataan yang
berisi kalau PT. IMMS tidak akan lagi melakukan atau merencanakan penambangan
pasir besi di Wotgalih.
Karena desakan perwakilan warga, pertemuan yang
sedikit diwarnai kericuhan ini akhirnya membuahkan titik temu. Disaksikan
aparat kepolisian dan sejumlah perwakilan warga, akhirnya Vita membuat surat
pernyataan diatas materai yang berisi kalau PT. IMMS tidak akan melakukan
penambangan pasir besi di Desa Wotgalih.(ami/st6)
Warga Wotgalih Ancam Akan Kerahkan 3 Ribu Massa
Setelah beberapa jam
melakukan aksi demontrasi di depan Hall Amanda, ratusan massa dari Desa
Wotgalih kemudian bergerak menuju ke gedung Pemkab Lumajang dengan cara
longmarc. Mereka membawa surat pernyataan dari PT. IMMS untuk diserahkan ke
Bupati Lumajang.
Sayangnya siang kemarin
Bupati Lumajang sedang ada acara dinas ke Surabaya. Walaupun demikian,
perwakilan massa kemudian diterima oleh As’at Malik, Wakil Bupati Lumajang.
Sayangnya pertemuan saat itu tertutup bagi wartawan yang hendak meliput.
Walaupun demikian, Agus
Suciono Kordinator dari Foswod mengaku telah menyerahkan surat tersebut kepada
Wabub. Bahkan ia mengaku akan meminta agar Pemkab mengeluarkan Perda tentang
pelarangan pertambangan di Desa Wotgalih.
Surat
tersebut akan ditagih oleh warga pada tanggal 29 Mei nanti. Rencanya warga yang
akan dikerahkan ke Pemkab semaksimal mungkin. “Ada sekitar 3 ribu warga yang
akan kita kerahkan,” ungkap Agus dihadapan sejumlah wartawan.
Menghadapi rencana aksi
massa pada tanggal 29 nanti, Kapolres Lumajang AKBP Susanto mengaku siap akan
melakukan pengamanan jika rencana tersebut benar-benar akan dilakukan oleh
warga.
Selain akan dilakukan
pengamanan oleh jajaran kepolisian Lumajang, menurut Susanto tidak menutup
kemungkinan akan melakukan kordinasi dengan Polres sekitar jika memang
sewaktu-waktu membutuhkan bantuan pengamanan.”Kalau memang diperlukan, kita
akan kordinasikan hal ini dengan Polres rayon,” ungkap Susanto.
Yang jelas atas rencana
aksi massa tersebut Kapolres sudah menyiapkan personil untuk melakukan
pengamanan.
Terpisah wakil Bupati
Lumajang As’at malik mengkau telah menerima beberpa perwakilan warga desa
Wotgalih yang menuntut agar tidak ada pertambangan pasir besi di desa mereka.
Atas kedatangan serta
tuntutan warga Desa Wotgalih ini, sesegera mungkin dirinya akan
mengkomunikasikan dengan Bupati. “saat ini Bupati masih ke Surabaya, mungkin
senin akan kita komunikasikan,” terang As’at.
Setelah
dikomunikasikan dengan Bupati, maka dari situ akan dapat diketahui hasil dari
permintaan warga Wotgalih. Sebab dalam persoalan ini ia tidak bisa memutuskan
sendiri.(ami)