BBM Naik, Sembako Perlahan Naik




Lumajang, Memo
Meski pemerintah belum menetapkan tentang kenaikan bahan bakar minyak (BBM), namun hal ini berdampak pada kenaikan pada sejumlah sembilan bahan pokok (sembako). Rata-rata kenaikanya diatas 10 hingga 20 persen dari harga normal. Hal ini mulai dikeluhkan oleh masyarakat menengah ke bawah, terutama bagi para pedagang makanan atau nasi yang ada di pinggir jalan.
Sugiyati (51), penjual nasi pecel yang ada di sekitaran terminal lama Lumajang ini mengaku bingung dengan melambungnya harga-harga kebutuhan dapurnya. Sebab, pelangganya mayoritas adalah kelas menengah ke bawah, dari mulai tukang becak hingga kuli panggul di pasar.
Menurutnya, sejak masuarakat mendengar akan dinaikannya harga BBM, maka para pedagang mulai ambil ancang-ancang. Bahkan karena ketakutan, banyak pedagang di pasar yang sengaja menaikan harga-harga kebutuhan dapur. “Cabe, bawang merah, bawang putih, telur, teras harganya mulai naik Mas,” ungkapnya.
Meski demikian, ia tidak berani menaikan harga makanan yang dijualnya. Diakatakan lagi, jika harga makanan dinaikan takut para pelannganya kabur dan tidak kembali. Untuk mengatasinya, ia mengaku hanya mengurangi sedikit dari porsi yang disajikannya. “Sekarang keuntungan saya menurun dratis Mas,” keluhnya.
Sementara itu menurut Khoiriyah (50), salah satu pedagang kebutuhan bumbu dapur di Pasar Baru Lumajang menuturkan, kenaikan itu akibat ulah dari oknum-oknum tertentu. Sehingga, pedagang kecil terpaksa ikut-ikutan menaikan harga.
Dikatakan lagi, ata-rata pedagang besar menaikan harga dagangnganya berkisar antara 10 hingga 15 persen. Maka  secara otomatis, pedagang kecil juga ikut-ikutan menaikan harga. “Soalnya saya ambil barang harganya juga sudah naik Mas, kalau tidak saya naikan nanti saya bisa tekor,” akunya. 
Dengan adanya harga-harga yang mulai melambung ini, ibu-ibu rumah tangga mulai ikut mengeluh, karena uang belanja yang diterima dari suaminya masih belum ada tambahan. “Saya harus mengurangi macam-macam bahan belanjaan saya Mas, jika tidak, nanti uang saya tidak cukup untuk satu bulan,” terang Susiati (35), yang mengaku suaminya sebagai pegawai negeri rendahan. (cw6)