Hujan Lebat, Musibah dan Berkah Bagi Petani



Lumajang, Memo
Hujan deras yang mengguyur kota pisang, beberapa hari ini membuat sebagaian masayarakat khususnya petrani seperti mendapat berkah. Namun, bagi petani palawija, hujan deras seperti ini, malah dianggap sebuah musibah.
 Bagi petani yang tanahnya lama terbengkalai tidak bisa tertanami akibat tanah kering. Dengan turunnya hujan, mereka bisa memulai pengerjaan tegal dan sawahnya untuk memulai bercocok tanam kembali.
Bagi para petani palawija serta tembakau justru malah sebaliknya, sama sekali tidak  mengharapkan hujan turun karena akan berakibat buruk pada tanamannya. Jika hujan turun, maka buah lebih banyak yang berjatuhan ketimbang yang melekat pada pohonnya.
Turunya hujan juga tidak diharapkan oleh petani tembakau, jika hujan segera turun disaat memanen daun tembakau. Justru malah menghasilkan produksi tidak bagus dan kwalitas tembakau tidak bagus yang mengakibatlkan harga jualnya dibawah standart. Turunnya hujan ini,  membuat petani tembakau dan petani polowijo khawatir dan takut mengalami gagal panen. 
“Sementara itu, petani yang lahan pertaniannya selalu mengalami kekeringan, berharap agar secepatnya turun hujan, sebaliknya bagi petani palawija dan tembakau, malah tidak berharap hujan turun.” Terangnya Senawi ketua kelompok 1 Desa Karanganom. Senduro
Pantauan Memo  dilapangan, bekas air hujan yang mengguyur ditanah tegalan dan  pesawahan milik petani, bahkan atap – atap rumah warga terlihat basah serta tandon – tandn air mulai dibuka dengan harapan agar bisa terisi dengan air hujan.
Daerah yang rawan kekeringan, dengan turunnya hujan terlihat para petani memulai melakukan pekerjaan disawah. “Dengan tanda – tanda seringnya tuirun hujan ini, masyarakat optimis kalau musim kemarau ini akan segera berahir.” Pungkasnya Senawi.(cw7)