Pelaku Pembantaian H. Albani Belum Tentu Gila


Lumajang, Memo
            Muhammad Rosul (50), pelaku pembantaian terhadap H. Albani, Sabtu pekan kemarin, hingga kini masih dalam proses penyelidikan secara intensif jajaran satreskrim Polres Lumajang. Terlebvih saat ini, pihak kepolisian masih dalam taraf pembuktian apakah pelaku benar-benar gila atau hanya pura-pura gila.
Muhammad Rosul, pelaku pembantaian
            Kapolres Lumajang AKBP Susanto mengatakan, pihaknya juga mendapat informasi jika pelaku dikabarkan memiliki gangguan jiwa, terlebih ketika dilakukan pemeriksaan awal, pelaku menjawab semua pertanyaan penyidik glnatur kesana kemari, bahkan jawaban yang diberikan terkesan tidak nyambung dengan pertanyaan.
            Dengan kondisi seperti ini, Susanto mengaku tak akan menelan mentah-mentah informasi serta pengakuan pelaku, pasalnya itu semua perlu adanya pembuktian. “Kita periksakan pelaku ke psikiater atau dokter khusus dibidang kejiwaan.” Ungkap Susanto kemarin pagi.
            Saat ini pelaku masih mendekam di sela tahanan Mapolres Lumajang. Untuk proses pemeriksaan ke Psikiater, menurut Susanto itu telah dilakukan, dan saat ini masih menunggu hasil pemeriksaan tersebut. “Tunggu saja hasil pemeriksaan dari psikiater untuk membuktikan ada gangguan jiwa atu tidak.” Kata Susanto lagi.
            Sementara itu, dari informasi yang berhasil dihimpun Memo, tetangga pelaku dan korban banyak yang memberi penjelasan jika pelaku sama sekali tidak mengalami gangguan kejiwaan sedikitpun. Bahkan kelakuan pelaku yang berpura-pura gila itu mungkin dilakukan hanya untuk menghindari jeratan hukum.
            Warga mempunyai alasan sendiri ketika menyebut pelaku tidak mengalami gangguan kejiwaan, latar belakang pelaku sebelumnya pernah bekerja menjadi tenaga sukwan di salah satu kantor dinas di Lumajang selama belasan tahun. “Belum lama ini dia menikah yang kedua kali dan baru memiliki anak yang usianya masih Balita. “ujar salah satu tetangga pelaku yang namanya enggan dikorankan.
            Bahkan tak sedikti warga yang meminta agar pelaku dihukum dengan seberat-beratnya, mengingat korban pembantaian yaitu H. Albani dikenal oleh masyarakat sebagai orang yang baik. “Pokoknya Rosul harus dihukum seberat-beratnya, Haji albani itu orang yang sangat baik sekali.” Ujar warga yang lainnya lagi.
            Diketahui sebelumnya, masyarakat sekitar jalan Ahmad Yani, Gang Perwira, RT 01, RW 03, Gombleh, Kelurahan Kepuharjo, Kecamatan Kota geger. Itu tak lain gara-gara H. Albani (66), warga setempat ditemukan terkapar penuh darah dihalaman Musholla  tak jauh dari rumahnya. Belakangan diketahui jika korban usai dibacok beberapa kali oleh Muhamad Rosul (50), warga setempat yang tak lain adalah tetangga korban sendiri. Peristiwa ini terjadi Sabtu (8/9) seusai solat duhur sekitar pukul 11.55  WIB.
Maryati (80), salah satu saksi mata saat kejadian berlangsung, mengatakan, saat itu ia bersama korban berada didalam Musholah hendak menunaikan solat dzuhur.  Sambil menunggu para jama’ah yang lain, korban yang merupakan pensiunan guru ini terlebih dahulu melaksanakan sholat sunnah.
Saat korban melaksanakan sholat sunnah, tanpa terdengar suara orang masuk kedalam Mushollah, tiba – tiba dari arah belakang, muncul pelaku dengan menenteng sebilahcelurit. “Tidak ngomong apa-apa, pelaku kemudian membacokkan celuritnya ketubuh korban hingga beberapa kali. Saat itu korban sedang membaca surah-surah pendek.” Ungkap Maryati.
Mungkin karena kesakitan, kemudian korban berteriak. Melihat kejadian seperti itu, Maryati berusaha melerai, bahkan meminta kepada pelaku menghentikan pebuataannya. Namun tak tidak digubris olah pelaku, bahkan pelaku terlihat semakin kalap hingga kembali membacokkan celurit yang dipegangnya.
Korban terus berlari keluar mushollah, hendak menuju kerumah salah satu warga untuk   meminta pertolongan, baru beberapa meter di halaman musholl,  pelaku yang kadung kesetanan itu berhasil mengejar korban dan membacoknya lagi hingga korban tersungkur dihalaman mushollah. “Saat korban jatuh, pelaku kemudian lari.” Ungkap Maryati lagi.
Dengan sigap, jajaran kepolisian Lumajang usai kejadian pembacokan tersebut langsung melakukan pengejaran. Hasilnya, tak berselang lama, ketika pelaku hendak mengendarai sepeda motornya berhasil diringkus. Tanpa ada perlawanan, pelaku menyerah begitu saja ketika hendak dibekuk petugas.
Namun saat pelaku dibawa ke Mapolres, petugas penyidik juga kerepotan. Sebab, ketika dimintai keterangan, pelaku selalu memberikan keterangan yang berbelit-belit tidak sesuai dengan apa yang ditanyakan. Bahkan dari raut wajahnya, sama sekali tidak menampakkan tanda-tanda penyesalan.
Seperti contoh, wartawan Memo menanyakan, “Kenapa bapak tega membacok H. Albani,” pelaku menjawab, “Karena saya kepingin membunuh, karena dia tidak bisa melindungi warganya, karena waktu saya sholat, saya dilaporkan sama batalyon lima dua tujuh, kenapa menyangkut pautkan ABRI, ” jawab pelaku dengan cengar-cengir. Dan kalimat itu tidak henti-hentinya ia ucapkan, bahkan setiap ucapan kalimat diakhiri dengan cengar-cengir dan terkadang tertawa. Sejumlah wartawan akhirnya tidak melanjutkan pertanyaanya kepada pelaku.(ami)